Dari Lantai Hingga Gorden Jendela, Tiga Cara Efektif Mengajarkan Anak Merawat Kamar Mereka

“Dek, kalau malem gorden jendelanya ditutup ya...” Ibu muda itu menarik daun jendela kaca, menguncinya, kemudian menutup pula kain gorden jendela berwarna coklat tua di belakangnya. Mungkin sudah hampir sepuluh kali ia menemukan jendela itu masih terbuka saat ia memeriksa kamar tidur anaknya yang baru berusia sepuluh tahun.

Cara Mengajak Anak Merawat Kamar Mereka


Sebagian besar anak adalah sosok yang sangat aktif, mereka suka sekali bergerak, membuat dan melakukan sesuatu, berpindah dari satu momen ke momen lainnya tanpa jeda. Hal ini sungguh menjadi sesuatu yang bagus untuk anak terutama bagi perkembangan syaraf motorik mereka. Namun sisi lain dari kegesitan aktivitas itu, orang tua khususnya ibu, seringkali menemui kamar tidur atau tempat bermain mereka layaknya seperti gudang yang baru saja habis diguncang gempa.

Mainan yang berhamburan di lantai, dinding kamar yang  penuh coretan, lemari pakaian yang berantakan, hingga pula gorden jendela yang kadang dijadikan kain lap setelah bermain krayon adalah beberapa contoh anak-anak memperlakukan kamar mereka. Dan untuk hal ini, si ibu harus lebih banyak menahan sabar menghadapi prilaku sang anak yang bisa saja membuat perasaan si ibu sangat lelah, dan mungkin saja merasa ingin marah.

Cara Mengajak Anak Merawat Kamar Mereka

Anak Merawat Kamar

Lalu bagaimana cara yang paling efektif bagi orang tua untuk mengajak anak merawat kamar mereka, merapikan lemari, atau menutup gorden jendela?

Ada beberapa ibu yang memilih untuk memerintah dengan keras, dengan diikuti pula oleh hukuman dan sanksi jika anak tidak mau menurut. Namun ternyata itu kadang malah membuat sifat berontak dalam diri seorang anak kian bergejolak. Bukannya patuh dan menjadi penurut, mereka malah kian sering melanggar aturan yang dibuat oleh orang tua mereka.

Teladan dan contoh hal paling utama untuk mengajak anak merawat kamar mereka. Karena seperti anak pada umumnya, kemampuan mereka meniru apa yang dilihat jauh lebih dominan daripada kemampuan mereka mendengar dan mengikuti arahan.

Setelah contoh, mengajak mereka bermain juga adalah cara yang efektif. “Ayo, adek tutup gorden jendela. Abang rapiin lemarinya, siapa yang cepat nanti mama kasih hadiah...”
Ajakan permainan yang di dalamnya terkandung unsur reward dan pelajaran kadang memang memakan waktu untuk bisa menjadi kebiasaan, tapi ini efektif dan akan membekas dalam diri anak hingga mereka dewasa.

Dan hal terakhir barulah mengenai sanksi dan hukuman, itu pun jika seorang anak sudah dapat memahami tanggung jawab dan konsekuensi dari prilaku mereka. Sedapat mungkin orang tua selalu meletakkan bagian paling akhir sebuah hukuman untuk anak-anak, ketika cara lain sudah tidak dapat lagi dilakukan.

Postingan Populer